MUSAFIR PADANG PASIR

Runduk sunyi seorang musafir 

ditapakkannya langkah itu

perlahan menyisihkan

kerikil kecil padang pasir.


Semilir angin berdebu

merasuki sanubari, melewati

pelipis kering hingga ke telinga

berbisik lirih dan berkata

"dinginkan lapangan gerah itu!"


Sendiri, berdiri di tengah

gurun merah bak planet merah

Ke mana lagi juga tak tahu arah

tak sanggup menahan amarah.


"Dinginkan lapangan gerah itu!"

lagi, bisik angin tadi semakin panas

tak lagi melewati pelipis

sekarang tajam menancap

dada bagian kiri dengan tipis


Tolong!!!

teriaknya lantang, gema bersahutan

semua diam, kaktus berbuah pun enggan

menoleh ke hadapannya

tetap kokoh dengan durinya


Tolong!!!

sekali lagi dan tak ada jawaban

kadal kurus itu pun sungkan

lagi memalingkan wajahnya

tetap berlari dalam lata ke arah surya


Ingatlah ia dengan bisikan lirih itu

"Dinginkan lapangan gerah itu!"

lemah lengan menempel pelan

di pangkuan yang mulai sedikit tegar

sujud syukur dan pinta menyungkur


Berbisik pada permukaan kasar

pasir merah bukan merah darah

tiada terdengar jelas apa pintanya

bibir kusam itu bergerak semakin cepat.


Bisikkan saja pintamu pada bumi

niscaya yang di langit Maha Mendengar.


Haliwungan

Yordania, 4 Juni 2020


Komentar

Postingan Populer