AL QURAN SEBAGAI WAHYU ALLAH


AL QURAN SEBAGAI WAHYU ALLAH
Untuk memenuhi tugas materi:
Studi Al-Qur’an
Dosen pengampu:
Al-Ustadz Muhammad Shohibul Mujtaba, M.Ag.
 











Disusun Oleh:
Azhar Ilham Haliwungan
NIM : 3920185220533

ILMU KOMUKASI I
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR PONOROGO



Kata pengantar

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan baik dan lancar.

                   Makalah karya ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai narasumber yang kami dapatkan   semoga ijtihad kami dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini yang berjudul Al Qur’an Sebagai Wahyu Allah. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
    
                   Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    
                                                                                    







Gontor, 26 Juli 2018
    
                  
                                                                                                  
                                                                                                Penyusun

                                                                                                                         


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Makalah ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa dan agama agar kita semua memahami konsep Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, dan adanya makalah ini agar setiap individu dapat memahami dengan jelas apa itu wahyu dan apa posisi Qur’an sebagi wahyu dari Tuhan.

Salah satu pokok pembahasan yang sekarang kurang dapat dipahami kebanyakan orang adalah posisi Qur’an sebagai wahyu yang datang dari Allah semata, serta arti dari wahyu itu sendiri. Apalagi jika pembahasannya sudah masuk ke dalam perbedaan wahyu dengan ilham, maka dari itu perlu pemahaman yang tepat mengenai perbedaan keduanya.

1.2.Tujuan Penulisan

1.Pemahaman arti dari pengertian Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT.        2.Penjelasan perbedaan wahyu dan ilham.
1.3. Ruang Lingkup
                Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang Studi Al-Qur’an.

1.4   Sumber Data

 1.Referensi pengertian Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT.
      2.Al-Qur’an Al-Karim.


1.5. Metode

         Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode tinjauan dari beberapa sumber yang berkompeten dalam studi Al-Qur’an.




 BAB II
PEMBAHASAN

Pokok Bahasan :
I.  Pengertian Al-qur’an
II. Pengertian wahyu dan perbedaannya dengan ilham
III. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT                                                                        IV.Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu Al-qur’an
IV.Penafsiran Al-qur’an sebagai aplikasi wahyu Allah SWT
I. Pengertian Al-Qur’an[1]

1. Pengertian Al Qur'an secara etimologi (bahasa)


Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.
2. Pengertian Al Qur'an secara terminologi (istilah islam)
Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt.
Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam Al-Qur'an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur'an merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang.

3.Pengertian Al Qur'an menurut Para Ahli

 

a. Muhammad Ali ash-Shabuni[2]

    Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta ditutup dengan surat an Nas. 

b. Dr. Subhi as-Salih[3]

Al Qur'an adalah kalam Allah swt merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

c. Syekh Muhammad Khudari Beik

Al Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir ditulis dalam mushaf dimulai surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.
II. Pengertian wahyu dan perbedaannya dengan ilham
Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif), dan materi kata itu menunjukan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa diketahui orang lain.  Ustadz Muhammad Abduh[4] mendefinisikan wahyu di dalam “Risalatut Tauhid” sebagai pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak, yang pertama melalui suara yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dan Ilham.Ilham adalah meletakkan sesuatu di dalam hati, yang karenanya hati menjadi tentram & hal itu dikhususkan oleh Allah bagi para hamba yang dikehendaki-Nya.

    Perbedaan wahyu dengan ilham

1.wahyu datang lewat malaikat Jibril, sedangkan ilham melalui penghujaman langsung oleh Allah swt kepada yang dikehendakinya;

2.  wahyu hanya diterima oleh nabi/rosul, sedangkan dapat diterima siapa saja,

3.  wahyu diterima untuk kemaslahatan umat sedangkan ilham untuk yang     menerimanya  saja.

4.wahyu pintunya telah tertutup sejak berakhirnya tugas kenabian nabi Muhammad saw, sedangkan ilham senantiasa terbuka selagi masih ada manusia.


III. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT

Al-qur’an Dengan Wahyu sangat erat kaitannya, karena Al-qur’an merupakan wahyu Allah yang telah disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana Allah swt. Telah menyampaikan wahyu Rasul sebelumnya. Telah jelas didalam Al-qur’an Allah swt berfirman sebagai berikut di dalam surah an-nissa ayat 163-164.      

 Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

 Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung[381].

Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi'raj.

Wahyu adalah bentuk masdar, dan kata wahyu banyak disebut dalam Al-qur’an,Al Fayyuni dalam Misbah Al Munir Mendefinisikan Wahyu adalah sebagai dibawah ini:
Artinya: “Wahyu menurut bahasa berarti kitab dan juga petunjuk, tulisan, kerisalahan, ilham, pembicaraan rahasia dan segala sesuatu yang kamu sampaikan kepada selainmu.

Sedangkan menurut Istilah Al Zurkani menyatakan sebagai berikut yang artinya: “Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada hamba-Nya yang dipilih-Nya, akan segala sesuatu yang ia kehendaki untuk menampakkannya dari berbagai hidayah dan pengetahuan, akan tetapi dengan jalan rahasia yang tidak biasa bagi manusia untuk diperoleh.
   
 Wahyu dalam menurut istilah ini menjelaskan jalan yang khusus di gunakan Allah swt untuk berhubungan dengan rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya untuk menyampaikan kepada mereka berbagai macam hidayah dan ilmu. “Ta’rif wahyu yang seperti ini muncul dikarenakan pertimbangan bahwa wahyu bersifat tersembunyi bagi orang lain, yang karena tindakan Allah swt berhubungan dengan Rasul-Nya yang mulia itu disebut wahyu. Dalam firman Allah swt dalam surah An-nisa’ 136:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

Al-qur’an berbicara lebih banyak tentang masalah wahyu, yang menurunkan dan yang membawanya, bahkan kualitas wahyu, dari pada kitab-kitab samawi yang terdahulu seperti Taurat dan Injil, sehingga didalam Al-qur’an terdapat beberapa ayat yang membicarakan tentang pewahyuan itu sendiri. Mengenai wahyu Al-qur’an mayoritas kaum muslimin semua mempercayai bahwa al-qur’an dengan lafalnya adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan perantara seorang malaikat yang dekat dengan-Nya. Malaikat yang menjadi perantara itu disebut Jibril dan ruhul Amin, datang membawa firman Allah kepada Rasulullah dalam berbagai waktu yang berbeda selama dua puluh tiga tahun. Rasul pun membacakan ayat-ayat tersebut kepada ummat manausia, dan memberitahukan makna-maknanya terhadap mereka, serta mengajaka kepada ummat untuk menerima akidah, tata social, berbagai hukum dan tugas perseorangan yang semuanya itu terdapat pada pedoman Al-qur’an.

Abd. Al-Shabur Syahim meberikan definisi tentang al-Qur’an :
Artinya : al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw dengan perantaraan wahyu melalui ruh al-Qudus (Jibril) yang tersusun dalam bentuk ayat-ayat dan surah-surah. Seputar patrah risalah (± 23 Tahun) yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Naas yang diriwayatkan secara mutawatir yang merupakan mukjizat dan dalil-dalil atas kebenaran risalah Islam
   
Suatu ketika Imam Al-Zuhri ditanya tentang wahyu, kemudian beliau menjawab:” Wahyu adalah lah kalam Allah yang disampaikan kepada salah seorang Nabi-Nya kemudian perkokohka-Nya kedala hati seorang pilihan Allah yaitu kepada Nabi Muhammad saw. Dengan begitu beliau menyatakan itulah wahyu  yang firman Allah swt di sampaikan kepada Rasul-Nya. 
  
Percaya kepada wahyu yang diturunkan Allah, berarti tidak hanya percaya kepada Al-Qur’an, tetapi juga percaya kepada segala wahyu yang diturunkan dalam semua semua masa, serta yang diturunkan kepada tiap-tiap umat. Menurut ajaran Al-qur’an setiap umat itu di manapun ia berada dimuka bumi ini, kepada uamt itu diturunkan wahyu. Karena itu orang Islam harus percaya kepada kitab Taurat, Injil dan lain-lain wahyu yang diturunkan Allah SWT dalam surah Al-Faathir ayat 24 yang menerangkan:
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran[1255] sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.”Yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.
   


 Dengan demikian wahyu adalah pengetahuan dan hidayah yang dapat dengan secara samar/ rahasia dan cepat oleh seseorang yaitu para Nabi dan Rasul didalam dirinya disertai keyakinan bahwa hal tersebut dari sisi Allah baik dengan prantara atau tanpa perantara atau tanpa perantara.

Sedangkan hakikat wahyu itu tidaklah ada kemungkinan kita mengetahuinya atau memperoleh rahasianya. Sebab wahyu itu sesuatu keadaan yang tidak dapat diketahui hakekatnya oleh manusia kecuali oleh Nabi yang mendapat Wahyu dari Allah.  Dan dapat dipahami dari ayat-ayat Al-qur’an adalah bahwa ayat-ayat itu memandang Al-qur’an sebagai kitab samawi yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw melalui Wahyu.

IV. Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu Allah swt

Kesejarahan  Al-Quran[5]
               Al-quran memuat lebih dari enam ribuayat yang diturunkan secara bertahap, ayat demi ayat, selama lebih dari dua puluh tiga tahun. Ayat-ayat tersebut dihimpun menjadi suwar (tunggal: surah), yang berarti “wilayah tertutup”. Panjang setiap surah yamg semuanya berjumlah 114 sanagat beragam. Surah paling pendek asdalah surah al-kausar (108) yang terdiri dari tiga ayat, dan yang terpanjang adalah al-baqarah (2), yang memuat 286 ayat.

            Untuk alasan yang akan kami diskusikan, urutan Al-quran adalah menurut panjang pendeknya surah, bukan urut secara kronologis. Hal ini dikarenakan kapan tepatnya tiap ayat Al-quran diwahyukan tidak diketahui secara pasti. Di samping itu, banyak surah Al-quran yang terdiri dari ayat-ayat diturunkan pada waktu yang berbeda sehingga penyusunan ayat Al-quran secara kronologis tidak mungkin dilakukan tanpa memecah-mecah isi surah.

Meski Al-quran tidak disusun secara kronologis, tidak berarti kaum muslim generasi awal tidak tertarik pada sejarah wahyu. Ada dua alasan, tetapi saling terkait, tentang mengapa mereka ingin memahami sejarah wahyu. Pertama, keinginan untuk memelihara dan menggali informasi tentang Nabi sebagai penerima wahyu. Mereka menyambut suka cita informasi semacam itu, menganggapnyabagian relik yang mengaitkan mereka kepada sosok Nabi yang diberkati. Kedua, konteks sejarah pewahyuan Al-quran sering kali menjadi kunci untuk memahami maknanya. Ada banyak ayat Al-quran yang merujuk pada sosok tertentu, seperti kaum Anshar (“para penolong” [9:117]) dan seorang bernama Abu Lahab (Q.S. Al-Lahab [111]). Tentu saja orang Islam tidak mengenal nama-nama tersebut akan berusaa mengetahui makna damn kaitnnya dengan kisah-kisah yang diturunkan dalam Al-quran.
V.Penafsiran Al-Qur’an sebagai aplikasi wahyu dari Allah[6]

Memang benar,  bahwa kaum muslimin saat ini sangat membutuhkan ahli-ahli tafsir untuk bisa menarik hukum-hukum rinci dari ayat-ayat Al Qur’an.  Namun dalam hal ini umat pun perlu tahu cara-cara penafsiran yang bisa diterima dan siapa yang sebenarnya cukup kompeten untuk menafsirkan Al Qur’an.  Informasi semacam ini sangatlah penting, karena akhir-akhir ini banyak orang yang mencoba untuk menafsirkan Al Qur’an dengan cara-cara baru yang tidak merujuk kepada tekstual ayat dan hadits-hadits Rasul SAW, apalagi pendapat para shahabat.

Pada faktanya kalangan ini tampak banyak menafikan shahabat, padahal justru para shahabatlah yang paling menguasai dan mengerti bahasa Arab (sebagai bahasa Al Qur’an) dan yang paling mengetahui kejadian-kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat.  Para shahabat adalah mereka yang paling dekat dengan Rasulullah SAW (sebagai orang yang paling memahami Al Qur’an).  Oleh karena itu, sekalipun kaum muslimin sangat membutuhkan para ahli tafsir untuk bisa menarik hukum-hukum rinci dari ayat-ayat Al Qur’an dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang berkembang, namun umat juga harus senantiasa kritis dan selektif.  Tidak selayaknya umat Islam menerima semua upaya penafsiran tanpa diteliti terlebih dahulu kelayakannya.

Satu hal pokok yang sering luput dari perbincangan penafsiran teks-teks keagamaan adalah, bagaimana penerimaan manusia terhadap teks-teks tersebut.  Al Qur’an adalah sumber hukum yang bersifat spesifik.  Upaya penafsiran terhadap teks-teks Al Qur’an akan mengena, hanya setelah tumbuh keimanan dan keyakinan terhadap Al Qur’an sebagai sumber yang bersifat pasti (qoth’I tsubut).  Keraguan terhadap Al Qur’an sebagai sebuah sumber akan menggagalkan “pekerjaan penafsiran”.  Dengan demikian kaum muslimin tidak dapat menerima hasil penafsiran dari orang-orang yang masih meragukan kebenaran Al Qur’an sebagai sebuah wahyu yang datang dari Allah SWT, sebagai Sang Pencipta. 

 Orang-orang yang meragukan sifat Al Qur’an sebagai Al Wahyu tidak bisa dipercaya kejujurannya dalam mengungkapkan pemahaman ayat-ayat Al Qur’an.  Terlebih lagi bila Al Qur’an telah dijadikan obyek pembahasan yang kemudian mereka nilai kebenarannya dan keotentikannya dengan metodologi asing (yang memiliki landasan filosofis yang bertentangan dengan Islam). 

 Hanya sebuah dugaan memang, bila kita menyatakan bahwa musuh-musuh Islam kerapkali menyisipkan dan mengopinikan metodologi penafsiran yang justru hendak menjauhkan makna dan pemahaman Al Qur’an yang sebenarnya.  Namun kenyataan sering membuktikan kebenaran asumsi-asumsi tersebut.  Perspektif manusia demikian mudah meletakkan setiap obyek pembahasan sesuai keinginan dan seleranya.  Maka siapapun orang-orang yang tidak menginginkan Islam hadir dengan pola tertentu, akan mencoba meletakkan dan memandang Islam dari sudut yang mereka inginkan, sesuai kepentingan masing-masing.  Untuk itulah, dalam rangka meletakkan Al Qur’an sesuai dengan posisi yang sebenarnya, maka Al Qur’an harus senantiasa dipahami berdasarkan perspektif tertentu yang telah ditetapkan Allah SWT melalui Al Qur’an itu sendiri dengan bantuan RasulNya.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
           
Maka kesimpulan dari makalah di atas yang membahas Alqur-an sebagai wahyu  adalah bahwasanya Al-qur’an merupakan wahyu yang benar-benar turun dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaiakat Jibril as sebagai psdoman hidup umat manisia. Sedangkan antara wahyu dengan ilham memiliki perbedaan yang jelas.

2. Kritik dan saran
             
Menurut saya, masih banyak pelajaran di dalam ilmu Qur’an ini, yang dimana ilmu Al-quran ini adalah pedoman hidup umat manusia. Sebagai manusia kita harus memegang erat Al-quran sebagai jalan hidup yang sesungguhnya. Al-quran merupakan sumber ilmu yang sebenarnya tanpa Al-quran hidup manusia akan jauh dari hidayah.



Daftar Pustaka

Makalah karangan Hasya tentang Al-qur’an dan wahyu

Abduh, Muhammad.1979 Risalah Tauhid. Penerbit Bulan Bintang


Abdullah,Muhammad Husain. 1991. Dirasah Fil Fikril Islami. Darul Bayariq. Beirut

Mattson, Ingrid. 2013. Ulumul Quran Zaman Kita. Zaman.Jakarta. cetakan I




[1] http://ulumulislam.blogspot.com/2014/04/pengertian-al-quran-menurut-bahasa.html
[2] Prof. DR. Muhammad Ali Ash Shabuni (Arabمحمد علي الصابوني, lahir di AleppoSuriah1 Januari 1930; umur 88 tahun) adalah seorang mufassir dan ulamayang berasal dari Suriah, dan merupakah salah seorang Guru Besar ilmu tafsir di Umm Al-Qura UniversityMakkahSaudi Arabia.
[3] Subhi Saleh (lahir 19 September 1953) adalah seorang pengacara Mesir dan seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang terkemuka. Dari tahun 2005 hingga 2010, ia mewakili distrik Alexandria Ramla di Parlemen Mesir, milik blok Ikhwanul Muslimin.
[4] Muhammad Abduh (bahasa Arab: محمد عبده; lahir di Delta Nil (kini wilayah Mesir), 1849 – meninggal di Iskandariyah (kini wilayah Mesir), 11 Juli 1905 pada umur 55/56 tahun) adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam.
[5] Ulumul Quran, DR. Ingrid Mattson, hal 46. Penerbit  Zaman 2013
[6] Muhammad Husain Abdullah.  Dirasah Fil Fikril Islami. 1991.  Darul Bayariq.  Beirut

Komentar

Postingan Populer