AL QURAN SEBAGAI WAHYU ALLAH
AL QURAN SEBAGAI WAHYU ALLAH
Untuk memenuhi tugas materi:
Studi Al-Qur’an
Dosen pengampu:
Al-Ustadz Muhammad Shohibul Mujtaba, M.Ag.
Disusun Oleh:
Azhar Ilham Haliwungan
NIM :
3920185220533
ILMU KOMUKASI I
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR PONOROGO
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan baik
dan lancar.
Makalah karya ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai narasumber yang kami dapatkan semoga ijtihad kami dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini yang berjudul Al Qur’an Sebagai Wahyu Allah. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Makalah karya ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai narasumber yang kami dapatkan semoga ijtihad kami dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini yang berjudul Al Qur’an Sebagai Wahyu Allah. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Gontor, 26
Juli 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini
saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda yang
tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa dan agama agar kita semua memahami
konsep Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, dan adanya makalah ini agar setiap
individu dapat memahami dengan jelas apa itu wahyu dan apa posisi Qur’an sebagi
wahyu dari Tuhan.
Salah satu pokok
pembahasan yang sekarang kurang dapat dipahami kebanyakan orang adalah posisi
Qur’an sebagai wahyu yang datang dari Allah semata, serta arti dari wahyu itu
sendiri. Apalagi jika pembahasannya sudah masuk ke dalam perbedaan wahyu dengan
ilham, maka dari itu perlu pemahaman yang tepat mengenai perbedaan keduanya.
1.2.Tujuan Penulisan
1.Pemahaman
arti dari pengertian Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT. 2.Penjelasan
perbedaan wahyu dan ilham.
1.3.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek
tentang Studi Al-Qur’an.
1.4 Sumber
Data
1.Referensi pengertian Al-Qur’an sebagai wahyu
Allah SWT.
2.Al-Qur’an Al-Karim.
1.5. Metode
Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode tinjauan
dari beberapa sumber yang berkompeten dalam studi Al-Qur’an.
PEMBAHASAN
Pokok Bahasan :
I. Pengertian Al-qur’an
II. Pengertian wahyu dan perbedaannya dengan ilham
III. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT IV.Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu Al-qur’an
IV.Penafsiran Al-qur’an sebagai aplikasi wahyu Allah SWT
I. Pengertian Al-qur’an
II. Pengertian wahyu dan perbedaannya dengan ilham
III. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT IV.Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu Al-qur’an
IV.Penafsiran Al-qur’an sebagai aplikasi wahyu Allah SWT
I. Pengertian Al-Qur’an[1]
1.
Pengertian Al Qur'an secara etimologi (bahasa)
Ditinjau
dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata
benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u -
qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca
berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu
surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.
2. Pengertian Al Qur'an secara terminologi (istilah
islam)
Secara
istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari
Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an
dinilai ibadah kepada Allah swt.
Al
Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi
Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al-Qur'an
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam Al-Qur'an
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur'an
merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan
yang terang.
3.Pengertian
Al Qur'an menurut Para Ahli
a. Muhammad Ali ash-Shabuni[2]
Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang
tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi
dan rasul dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan mempelajari al
Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta
ditutup dengan surat an Nas.
b. Dr. Subhi as-Salih[3]
Al
Qur'an adalah kalam Allah swt merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta
membacanya adalah ibadah.
c. Syekh Muhammad Khudari Beik
Al
Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir ditulis
dalam mushaf dimulai surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas.
Dari
beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an adalah
wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara
malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam
mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.
II. Pengertian wahyu dan perbedaannya dengan ilham
Al-wahy
atau wahyu adalah kata masdar (infinitif), dan materi kata itu menunjukan dua
pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan
bahwa wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus
ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa diketahui orang lain.
Ustadz Muhammad Abduh[4]
mendefinisikan wahyu di dalam “Risalatut Tauhid” sebagai pengetahuan yang didapati
seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang
dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak, yang pertama melalui
suara yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Beda antara
wahyu dan Ilham.Ilham adalah meletakkan sesuatu di dalam hati, yang
karenanya hati menjadi tentram & hal itu dikhususkan oleh Allah bagi para
hamba yang dikehendaki-Nya.
Perbedaan wahyu dengan ilham
1.wahyu datang lewat malaikat Jibril,
sedangkan ilham melalui penghujaman langsung oleh Allah swt kepada yang
dikehendakinya;
2. wahyu hanya diterima oleh
nabi/rosul, sedangkan dapat diterima siapa saja,
3. wahyu diterima untuk
kemaslahatan umat sedangkan ilham untuk yang menerimanya saja.
4.wahyu pintunya telah tertutup
sejak berakhirnya tugas kenabian nabi Muhammad saw, sedangkan ilham senantiasa
terbuka selagi masih ada manusia.
III. Al-Qur’an
sebagai wahyu Allah SWT
Al-qur’an
Dengan Wahyu sangat erat kaitannya, karena Al-qur’an merupakan wahyu Allah yang
telah disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana Allah swt. Telah
menyampaikan wahyu Rasul sebelumnya. Telah jelas didalam Al-qur’an Allah swt
berfirman sebagai berikut di dalam surah an-nissa ayat 163-164.
Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu
(pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub,
Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Dan
(kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung[381].
Allah
berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s.,
dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain
mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi
Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari
di waktu mi'raj.
Wahyu
adalah bentuk masdar, dan kata wahyu banyak disebut dalam Al-qur’an,Al Fayyuni
dalam Misbah Al Munir Mendefinisikan Wahyu adalah sebagai dibawah ini:
Artinya: “Wahyu menurut bahasa
berarti kitab dan juga petunjuk, tulisan, kerisalahan, ilham, pembicaraan
rahasia dan segala sesuatu yang kamu sampaikan kepada selainmu.
Sedangkan
menurut Istilah Al Zurkani menyatakan sebagai berikut yang artinya: “Wahyu
adalah pemberitahuan Allah kepada hamba-Nya yang dipilih-Nya, akan segala
sesuatu yang ia kehendaki untuk menampakkannya dari berbagai hidayah dan
pengetahuan, akan tetapi dengan jalan rahasia yang tidak biasa bagi manusia
untuk diperoleh.
Wahyu dalam menurut istilah ini menjelaskan
jalan yang khusus di gunakan Allah swt untuk berhubungan dengan rasul-rasul dan
nabi-nabi-Nya untuk menyampaikan kepada mereka berbagai macam hidayah dan ilmu.
“Ta’rif wahyu yang seperti ini muncul dikarenakan pertimbangan bahwa wahyu
bersifat tersembunyi bagi orang lain, yang karena tindakan Allah swt
berhubungan dengan Rasul-Nya yang mulia itu disebut wahyu. Dalam firman Allah
swt dalam surah An-nisa’ 136:
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Al-qur’an
berbicara lebih banyak tentang masalah wahyu, yang menurunkan dan yang
membawanya, bahkan kualitas wahyu, dari pada kitab-kitab samawi yang terdahulu
seperti Taurat dan Injil, sehingga didalam Al-qur’an terdapat beberapa ayat
yang membicarakan tentang pewahyuan itu sendiri. Mengenai wahyu Al-qur’an
mayoritas kaum muslimin semua mempercayai bahwa al-qur’an dengan lafalnya
adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
perantara seorang malaikat yang dekat dengan-Nya. Malaikat yang menjadi
perantara itu disebut Jibril dan ruhul Amin, datang membawa firman Allah kepada
Rasulullah dalam berbagai waktu yang berbeda selama dua puluh tiga tahun. Rasul
pun membacakan ayat-ayat tersebut kepada ummat manausia, dan memberitahukan
makna-maknanya terhadap mereka, serta mengajaka kepada ummat untuk menerima
akidah, tata social, berbagai hukum dan tugas perseorangan yang semuanya itu
terdapat pada pedoman Al-qur’an.
Abd.
Al-Shabur Syahim meberikan definisi tentang al-Qur’an :
Artinya : al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw dengan perantaraan wahyu melalui ruh
al-Qudus (Jibril) yang tersusun dalam bentuk ayat-ayat dan surah-surah. Seputar
patrah risalah (± 23 Tahun) yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat al-Naas yang diriwayatkan secara mutawatir yang merupakan mukjizat
dan dalil-dalil atas kebenaran risalah Islam
Suatu
ketika Imam Al-Zuhri ditanya tentang wahyu, kemudian beliau menjawab:” Wahyu adalah
lah kalam Allah yang disampaikan kepada salah seorang Nabi-Nya kemudian
perkokohka-Nya kedala hati seorang pilihan Allah yaitu kepada Nabi Muhammad
saw. Dengan begitu beliau menyatakan itulah wahyu yang firman Allah swt
di sampaikan kepada Rasul-Nya.
Percaya
kepada wahyu yang diturunkan Allah, berarti tidak hanya percaya kepada
Al-Qur’an, tetapi juga percaya kepada segala wahyu yang diturunkan dalam semua
semua masa, serta yang diturunkan kepada tiap-tiap umat. Menurut ajaran
Al-qur’an setiap umat itu di manapun ia berada dimuka bumi ini, kepada uamt itu
diturunkan wahyu. Karena itu orang Islam harus percaya kepada kitab Taurat,
Injil dan lain-lain wahyu yang diturunkan Allah SWT dalam surah Al-Faathir ayat
24 yang menerangkan:
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu
dengan membawa kebenaran[1255] sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya
seorang pemberi peringatan.”Yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama
tauhid dan hukum-hukumnya.
Dengan demikian wahyu adalah pengetahuan dan
hidayah yang dapat dengan secara samar/ rahasia dan cepat oleh seseorang yaitu
para Nabi dan Rasul didalam dirinya disertai keyakinan bahwa hal tersebut dari
sisi Allah baik dengan prantara atau tanpa perantara atau tanpa perantara.
Sedangkan
hakikat wahyu itu tidaklah ada kemungkinan kita mengetahuinya atau memperoleh
rahasianya. Sebab wahyu itu sesuatu keadaan yang tidak dapat diketahui
hakekatnya oleh manusia kecuali oleh Nabi yang mendapat Wahyu dari Allah.
Dan dapat dipahami dari ayat-ayat Al-qur’an adalah bahwa ayat-ayat itu
memandang Al-qur’an sebagai kitab samawi yang diberikan kepada Nabi Muhammad
saw melalui Wahyu.
IV.
Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu Allah swt
Kesejarahan Al-Quran[5]
Al-quran memuat lebih dari enam
ribuayat yang diturunkan secara bertahap, ayat demi ayat, selama lebih dari dua
puluh tiga tahun. Ayat-ayat tersebut dihimpun menjadi suwar (tunggal: surah),
yang berarti “wilayah tertutup”. Panjang setiap surah yamg semuanya berjumlah
114 sanagat beragam. Surah paling pendek asdalah surah al-kausar (108) yang
terdiri dari tiga ayat, dan yang terpanjang adalah al-baqarah (2), yang memuat
286 ayat.
Untuk
alasan yang akan kami diskusikan, urutan Al-quran adalah menurut panjang
pendeknya surah, bukan urut secara kronologis. Hal ini dikarenakan kapan
tepatnya tiap ayat Al-quran diwahyukan tidak diketahui secara pasti. Di samping
itu, banyak surah Al-quran yang terdiri dari ayat-ayat diturunkan pada waktu
yang berbeda sehingga penyusunan ayat Al-quran secara kronologis tidak mungkin
dilakukan tanpa memecah-mecah isi surah.
Meski Al-quran tidak disusun secara
kronologis, tidak berarti kaum muslim generasi awal tidak tertarik pada sejarah
wahyu. Ada dua alasan, tetapi saling terkait, tentang mengapa mereka ingin
memahami sejarah wahyu. Pertama, keinginan untuk memelihara dan menggali
informasi tentang Nabi sebagai penerima wahyu. Mereka menyambut suka cita
informasi semacam itu, menganggapnyabagian relik yang mengaitkan mereka kepada
sosok Nabi yang diberkati. Kedua, konteks sejarah pewahyuan Al-quran
sering kali menjadi kunci untuk memahami maknanya. Ada banyak ayat Al-quran
yang merujuk pada sosok tertentu, seperti kaum Anshar (“para penolong”
[9:117]) dan seorang bernama Abu Lahab (Q.S. Al-Lahab [111]). Tentu saja orang
Islam tidak mengenal nama-nama tersebut akan berusaa mengetahui makna damn
kaitnnya dengan kisah-kisah yang diturunkan dalam Al-quran.
V.Penafsiran Al-Qur’an sebagai
aplikasi wahyu dari Allah[6]
Memang benar, bahwa kaum
muslimin saat ini sangat membutuhkan ahli-ahli tafsir untuk bisa menarik
hukum-hukum rinci dari ayat-ayat Al Qur’an. Namun dalam hal ini umat
pun perlu tahu cara-cara penafsiran yang bisa diterima dan siapa yang
sebenarnya cukup kompeten untuk menafsirkan Al Qur’an. Informasi
semacam ini sangatlah penting, karena akhir-akhir ini banyak orang yang mencoba
untuk menafsirkan Al Qur’an dengan cara-cara baru yang tidak merujuk kepada
tekstual ayat dan hadits-hadits Rasul SAW, apalagi pendapat para shahabat.
Pada faktanya kalangan ini tampak
banyak menafikan shahabat, padahal justru para shahabatlah yang paling
menguasai dan mengerti bahasa Arab (sebagai bahasa Al Qur’an) dan yang paling
mengetahui kejadian-kejadian yang melatarbelakangi turunnya
ayat. Para shahabat adalah mereka yang paling dekat dengan
Rasulullah SAW (sebagai orang yang paling memahami Al Qur’an). Oleh
karena itu, sekalipun kaum muslimin sangat membutuhkan para ahli tafsir untuk
bisa menarik hukum-hukum rinci dari ayat-ayat Al Qur’an dalam rangka menjawab
persoalan-persoalan yang berkembang, namun umat juga harus senantiasa kritis
dan selektif. Tidak selayaknya umat Islam menerima semua upaya
penafsiran tanpa diteliti terlebih dahulu kelayakannya.
Satu hal pokok yang sering luput
dari perbincangan penafsiran teks-teks keagamaan adalah, bagaimana penerimaan
manusia terhadap teks-teks tersebut. Al Qur’an adalah sumber hukum
yang bersifat spesifik. Upaya penafsiran terhadap teks-teks Al
Qur’an akan mengena, hanya setelah tumbuh keimanan dan keyakinan terhadap Al
Qur’an sebagai sumber yang bersifat pasti (qoth’I tsubut). Keraguan
terhadap Al Qur’an sebagai sebuah sumber akan menggagalkan “pekerjaan
penafsiran”. Dengan demikian kaum muslimin tidak dapat menerima
hasil penafsiran dari orang-orang yang masih meragukan kebenaran Al Qur’an
sebagai sebuah wahyu yang datang dari Allah SWT, sebagai Sang Pencipta.
Orang-orang yang meragukan sifat
Al Qur’an sebagai Al Wahyu tidak bisa dipercaya kejujurannya dalam
mengungkapkan pemahaman ayat-ayat Al Qur’an. Terlebih lagi bila Al
Qur’an telah dijadikan obyek pembahasan yang kemudian mereka nilai kebenarannya
dan keotentikannya dengan metodologi asing (yang memiliki landasan filosofis
yang bertentangan dengan Islam).
Hanya sebuah dugaan memang,
bila kita menyatakan bahwa musuh-musuh Islam kerapkali menyisipkan dan
mengopinikan metodologi penafsiran yang justru hendak menjauhkan makna dan
pemahaman Al Qur’an yang sebenarnya. Namun kenyataan sering
membuktikan kebenaran asumsi-asumsi tersebut. Perspektif manusia
demikian mudah meletakkan setiap obyek pembahasan sesuai keinginan dan
seleranya. Maka siapapun orang-orang yang tidak menginginkan Islam
hadir dengan pola tertentu, akan mencoba meletakkan dan memandang Islam dari
sudut yang mereka inginkan, sesuai kepentingan masing-masing. Untuk
itulah, dalam rangka meletakkan Al Qur’an sesuai dengan posisi yang sebenarnya,
maka Al Qur’an harus senantiasa dipahami berdasarkan perspektif tertentu yang
telah ditetapkan Allah SWT melalui Al Qur’an itu sendiri dengan bantuan
RasulNya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Maka
kesimpulan dari makalah di atas yang membahas Alqur-an sebagai wahyu adalah bahwasanya Al-qur’an merupakan wahyu
yang benar-benar turun dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara malaiakat Jibril as sebagai psdoman hidup umat manisia. Sedangkan
antara wahyu dengan ilham memiliki perbedaan yang jelas.
2. Kritik dan saran
Menurut saya, masih banyak pelajaran di dalam
ilmu Qur’an ini, yang dimana ilmu Al-quran ini adalah pedoman hidup umat
manusia. Sebagai manusia kita harus memegang erat Al-quran sebagai jalan hidup yang
sesungguhnya. Al-quran merupakan sumber ilmu yang sebenarnya tanpa Al-quran
hidup manusia akan jauh dari hidayah.
Daftar Pustaka
Makalah
karangan Hasya tentang Al-qur’an dan wahyu
Abduh, Muhammad.1979 Risalah Tauhid. Penerbit Bulan Bintang
Abdullah,Muhammad Husain. 1991. Dirasah Fil Fikril Islami. Darul
Bayariq. Beirut
Mattson, Ingrid. 2013. Ulumul
Quran Zaman Kita. Zaman.Jakarta. cetakan I
[1] http://ulumulislam.blogspot.com/2014/04/pengertian-al-quran-menurut-bahasa.html
[3] Subhi
Saleh (lahir 19 September 1953) adalah seorang pengacara Mesir dan seorang
anggota Ikhwanul Muslimin yang terkemuka. Dari tahun 2005 hingga 2010, ia
mewakili distrik Alexandria Ramla di Parlemen Mesir, milik blok Ikhwanul
Muslimin.
[4] Muhammad Abduh (bahasa Arab: محمد عبده; lahir di Delta Nil (kini wilayah Mesir), 1849 – meninggal di Iskandariyah (kini wilayah Mesir), 11 Juli 1905 pada umur 55/56 tahun) adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam.
[5] Ulumul
Quran, DR. Ingrid Mattson, hal 46. Penerbit
Zaman 2013
[6] Muhammad Husain Abdullah. Dirasah
Fil Fikril Islami. 1991. Darul Bayariq. Beirut
Komentar
Posting Komentar